PERADABAN

BARU BERTRANSPORTASI

AP

Selama bertahun-tahun sejak Indonesia merdeka, berbagai macam transportasi massal sempat dicoba di berbagai daerah. Kendati demikian, persoalan kemacetan di kota- kota besar tak kunjung tertangani.

 

Kemacetan terus menjadi problem karena tak adanya sistem transportasi massal yang dapat diandalkan ketepatan waktunya.Hal tersebut menjadi salah satu penyebab masyarakat Indonesia lebih gemar menggunakan kendaraan pribadi.

 

Indonesia tertinggal puluhan tahun dalam hal penyediaan transportasi andal, bahkan dengan negara tetangga. Singapura, misalnya, sudah memiliki moda raya terpadu (MRT) sejak 1987. Filipina punya LRT sejak 1984.

 

Namun, tahun ini Indonesia melakukan lompatan besar seiring keberadaan MRT Jakarta. Nantinya, MRT akan diintegrasikan dengan LRT yang sedang dalam proses pembangunan. Moda transportasi itu juga dikoneksikan dengan moda yang sudah ada seperti bus rapid transit(BRT) hingga kereta komuter.

 

Rencana pembang unan MRT Jakarta sudah dirintis sejak 1985.Gagasan itu sempat lenyap seiring terjadinya krisis moneter pada 1997/1998.Setelah tertunda selama puluhan tahun, pembangunan MRT Jakarta akhirnya dimulai pada 2013 saat Presiden Joko Widodo (Jokowi)masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta.

 

Selama puluhan tahun warga Jakarta mimpi punya MRT. Mungkin sudah hilang mimpinya karena belum dimulai-mulai. Alhmadulillah, hari ini kita mulai pembangunan, kata Jokowi saat groundbreaking MRT fase I, 10 Oktober 2013.

 

Kini, MRT sudah siap diresmikan dan digunakan oleh masyarakat. MRT fase I membentang sejauh 16 km dari Bundaran HI hingga Lebak Bulus yang terdiri atas 13 stasiun. Sebanyak enam stasiun berada di bawah tanah, sedangkan tujuh stasiun lainnya berada di jalur layang.

 

Jokowi sudah beberapa kali menjajal MRT menjelang peresmian. Menurut Jokowi, kehadiran MRT akan menjadi peradaban baru bagi masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta, dalam bertransportasi.

 

MRT membangun peradaban baru bagaimana kita mengantre, bagaimana kita masuk MRT, tidak terlambat (sampai ke tujuan), dan tidak terjepit di pintu. Ini budaya baru, ini peradaban baru, ujar Jokowi saat menjajal MRT pada Selasa (18/3).

 

MRT Jakarta menawarkan keunggulan berupa ketepatan waktu tempuh. Selama masa uji coba publik, waktu tempuh dari Bundaran HI ke Lebak Bulus sesuai yang dijanjikan, yaitu 30 menit.

 

Sarana dan prasarana MRT pun dibuat sedemikian rupa untuk memberi kenyamanan kepada masyarakat serta untuk membangun budaya tertib dalam bertransportasi. Terdapat garis antrean di setiap pinggir peron stasiun. Penumpang yang hendak menaiki rangkaian diwajibkan mengantre di garis kuning. Sementara itu, garis hijau menunjukkan jalur penumpang yang hendak keluar dari kereta.

 

Dari segi operasional kereta, salah satu keunggulannya adalah sistem kendali yang terpusat. Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta Muhammad Kamaludin mengatakan, armada MRT dikendalikan langsung dari depo MRT Lebak Bulus. Di situ semua diatur, mulai dari jadwal kereta, stasiun, sampai buka tutup pintu peron, kata Kamal kepada Republika.

 

Kamal menambahkan, pada setiap tangga menuju peron terdapat dua kamera CCTV untuk memantau pergerakan penumpang. Gambar yang ditangkap CCTV langsung tersambung ke kabin dan sistem pusat kendali. Masinis dapat menge tahui berapa lama waktu yang di butuh kan untuk pin tu tetap terbuka.

Oleh: Dessy Suciati Saputri, Dedy Darmawan Nasution

MRT Jakarta menawarkan keunggulan berupa ketepatan waktu tempuh.

TERSAMBUNG

LAGI 2024

Pembangunan sarana dan prasarana moda raya terpadu (MRT) Jakarta dipastikan berlanjut. Setelah MRT fase I Bundaran Hotel Indonesia (HI)-Lebak Bulus rampung dan dioperasikan secara resmi, PT MRT Jakarta selaku manajer proyek siap membangun rute fase II.

 

Groundbreaking atau peletakan batu pertama pembangunan fase II dilakukan berbarengan dengan peresmian koridor I.Jika tak ada aral melintang, kedua kegiatan itu dilakukan hari ini oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

 

Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar mengatakan, MRT tahapan berikutnya akan mengambil rute Bundaran HI-Kota Tua Jakarta. Kami akan langsung mulai pembangunan dan ditargetkan rampung 2024, kata William saat ditanya Republika di sela-sela uji coba MRT, belum lama ini.

 

Kebutuhan investasi untuk pembangunan fase II mencapai Rp 22,5 triliun.Tenaga kerja yang dibutuhkan mencapai 5.000 orang. Ia menegaskan, seluruh sumber daya manusia (SDM) yang terlibat berasal dari Indonesia.

 

Fase I MRT terdiri atas jalur bawah tanah, darat, dan layang. Total panjang jalur dari Lebak Bulus ke Bundaran HI sejauh 16 kilometer dengan jumlah 13 stasiun. Sementara untuk fase II, William belum dapat memerinci secara detail.Menurut dia, dalam pembangunan rute, PT MRT mempertimbangkan agar MRT dapat terintegrasi dengan moda transportasi lain yang sudah beroperasi. Misalnya, KRL Commuter Line, KA Bandara, hingga bus Transjakarta.

 

Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta, Muhammad Kamaludin menambahkan, jauh sebelum pembangunan fase I dimulai, PT MRT Jakarta pun telah melakukan studi kelaikan proyek untuk rute Bundaran HI? Kampung Bandan. Awalnya, area Kampung Bandan akan menjadi depo armada MRT. Namun, terdapat persoalan lahan untuk pembangunan depo, sehingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan penetapan lokasi dari Bundaran HI hingga Kota Tua Jakarta.

Pembangunan tahap II akan terdiri atas dua fase.

Total

RP 38,5

Triliun

Jadi supaya tidak menunggu persoalan lahan, diputuskan ke Kota Tua. Sementara itu, kita diminta untuk mencari alternatif lahan untuk depo fase II, ujar Kamal.

 

Keberlanjutan pembangunan MRT juga telah dipastikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies mengatakan, Pemprov DKI sudah memulai proses persiapan pembangunan tahap II.

 

Anies menyatakan, pembangunan tahap II rencananya terdiri atas dua fase, yakni fase II-A dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia hingga kawasan Jakarta Kota.Sementara fase II-B direncanakan ter bentang dari kawasan Jakarta Kota hingga Kampung Bandan, Jakarta Utara.

 

Jarak tempuh (fase II-A) delapan kilometer hingga kota, kata Anies saat berbincang dengan awak media di dalam rangkaian MRT, Selasa (19/3).

 

Anies mengungkapkan, salah satu stasiun MRT fase II-A terletak di kawasan Silang Monumen Nasional (Monas). Akan ada dua pintu keluar, yaitu di sisi selatan Monas dan di sisi barat daya atau sebelahnya patung kuda.

 

Ia menambahkan, Pemprov DKI juga bakal menyiapkan kawasan parkir umum sehingga masyarakat dapat menitipkan kendaraan pribadi untuk berpindah naik transportasi massal. Sudah disiapkan semuanya, jadi MRT tak hanya sesama moda, tapi juga dengan lingkungan sekitar sudah menyiapkan tempat-tempat untuk parkir, ujar Anies.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku senang dengan kehadiran MRT.Apalagi, MRT dibangun dari hasil kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Biaya investasi dibiayai oleh APBN dan APBD, kata Sri.

 

Sri menambahkan, biaya investasi sebesar Rp 16 triliun untuk fase I tidak akan bisa kembali dalam bentuk pembelian tiket.Pengembalian investasi akan diupayakan dari komersialisasi 13 stasiun. Saat ini, menurut dia, sejumlah perusahaan swasta sudah meminta agar nama perusahaannya dicantumkan ke nama halte. Sri mengatakan, hal tersebut akan menimbulkan penerimaan tersendiri. Selain itu, sudah banyak perusahaan yang mulai menyewa di dalam properti dekat MRT.

 

Menurut dia, keberadaan MRT akan menimbulkan permintaan-permintaan turunan, dari makanan dan minuman hingga keputusan untuk tempat tinggal.Dengan moda transportasi tersebut, masyarakat tidak perlu lagi harus tinggal di tengah kota. Mereka dapat tinggal di daerah pinggiran Jakarta seperti Lebak Bulus untuk mencapai pusat kota dalam waktu 30 menit.

 

Kemenkeu dan PT MRT Jakarta juga akan mengkaji penghematan yang bisa didapatkan seseorang ketika menggunakan MRT. Kami akan kaji bersama, mengingat ini sesuatu yang baru, tutur Sri.

 

Melalui kajian tersebut, akan terlihat lebih detail mengenai nilai (value) dari proyek MRT terhadap ekonomi daerah ataupun nasional. Selain itu, dapat memperkuat pandangan bahwa investasi di infrastruktur transportasi berdampak positif terhadap masyarakat dan perekonomian.

JUMLAH INVESTASI

Sumber: PT MRT Jakarta

Wihdan Hidayat/Republika

Putra M Akbar/Republika

Rayuan MRT Memikat Penumpang

Deru mesin terdengar dari dalam gerbong ketika rangkaian kereta MRT berangkat dari Stasiun Bundaran HI yang berada di bawah tanah. Jalur yang terbuat dari dinding beton abu-abu melingkar dan mengelilingi seluruh badan rangkaian. Dari dalam gerbong, suasana di luar amat gelap dan sunyi ketika Ratangga--nama rangkaian MRT--mulai menyusuri jalur bawah tanah.

 

Itulah sensasi pertama yang dirasakan penumpang, termasuk Republika, ketika mengikuti uji coba MRT pada Senin (18/3). Transportasi massal mutakhir ini baru saja selesai dibangun untuk rute fase I dan diuji coba oleh publik pada 12-23 Maret 2019.

 

Kemunculan MRT disambut antusiasme tinggi. Wajar saja, selama ini banyak masyarakat yang hanya dapat melihat MRT dari film-film luar negeri. Kini, warga bisa merasakan langsung menaiki kereta yang mengular di bawah tanah.

 

Untuk naik MRT di stasiun bawah tanah, seperti di Bundaran HI, penumpang mesti turun dua lantai melalui tangga dan eskalator. Lantai pertama menjadi tempat menempelkan kartu tiket. Namun, sebelum itu, penumpang harus melewati metal detector yang dijaga dua petugas.

 

Lantai pertama juga dilengkapi fasilitas smart toilet. Lampu menyala ketika ada orang yang masuk dan otomatis mati ketika toilet dalam keadaan kosong. Tak kalah penting, stasiun sudah dilengkapi penunjuk arah dengan simbol bergaya retro.

 

Di lantai kedua atau yang paling bawah, merupakan peron tempat menunggu kereta.Ber beda dengan stasiun KRL, antara peron dan rel dipisahkan dinding kaca dan pintu otomatis untuk menjaga keamanan penumpang. Dinding kaca terbuka otomatis ketika Ratangga berhenti.

 

Stasiun MRT dibuat lebih ramah terhadap penyandang disabilitas. Selain blok taktil atau lantai bertekstur sebagai panduan melangkah bagi tunanetra, stasiun MRT dilengkapi lift khusus penyandang disabilitas. Ada juga toilet khusus di area beranda di seluruh stasiun.

 

Selain itu, pintu tempat menempelkan kartu bagi pengguna kursi roda dibuat lebih besar di seluruh stasiun. Level lantai peron dan kereta pun dibuat sejajar untuk memudahkan akses pengguna kursi roda.

 

Di dalam rangkaian kereta, fasilitasnya nyaris sama dengan KRL. Di setiap ujung gerbong, tersedia kursi khusus bagi penyandang disabilitas, orang lanjut usia, wanita hamil, dan orang tua yang membawa anak. Tersedia pula pegangan tangan bagi penumpang yang berdiri.

 

Setiap gerbong MRT dilengkapi layar digital penunjuk posisi rangkaian kereta. Hal yang membedakan adalah kenyamanan. Suara MRT tak sebising KRL. Getaran kereta pun terbilang halus. Bedanya, gerbong MRT menggunakan kursi plastik, tak seperti KRL.

Putra M Akbar/Republika

Menurut PT MRT, kursi penumpang sengaja dibuat berbahan dasar plastik dengan berbagai pertimbangan, antara lain, karena waktu tempuh yang sebentar dan untuk kepentingan komersial. PT MRT bisa menarik pendapatan dengan memasang iklan-iklan di kursi penumpang. Terdapat 50 kursi plastik untuk penumpang di setiap gerbong dan ruang kosong yang dapat menampung 150 penumpang berdiri.

 

Beberapa hal berbeda yang dirasakan penumpang dibandingkan dengan KRL adalah guncangan yang lebih kecil dan ketepatan waktu.Sejumlah fasilitas dan kelebihan MRT agaknya sukses memikat penumpang untuk menggunakan moda tersebut dalam aktivitasnya sehari- hari.

 

Wini (24 tahun) mengaku nyaman saat menggunakan MRT. Menurut dia, guncangan yang kecil dan waktu tempuh yang cepat dan tepat menjadi keunggulan MRT.

 

Ia mengaku akan menggunakan MRT untuk pergi dan pulang kerja. Kebetulan, ia tinggal di Lebak Bulus dan bekerja di kawasan Thamrin.Saya akan lebih memilih MRT. Semoga tarifnya nanti tak mahal," kata Wini.

 

Republika mencoba mencatat durasi perjalan an dari Bundaran HI ke Lebak Bulus saat mengikuti uji coba. MRT berangkat dari Stasiun Bundaran HI pukul 9.23 WIB. Dua menit kemudian, MRT tiba di stasiun berikutnya, yaitu Dukuh Atas. Setelah berhenti sekitar 30 detik, MRT melanjutkan perjalanannya ke Stasiun Setiabudi dengan durasi sekitar 3 menit. Secara keselu ruhan, waktu tempuh antarstasiun sekitar 2-3 menit.

 

Warga DKI lainnya, Sumarno (28 tahun), merasa dapat lebih menghemat waktu dengan menggunakan MRT. Biasanya, dari kawasan Haji Nawi menuju Lebak Bulus membutuhkan waktu satu jam dengan menaiki Transjakarta. Namun, setelah adanya stasiun MRT di dua lokasi itu, ia hanya perlu waktu kurang dari 15 menit. Ini menang di waktu. Pasti banyak manfaatnya untuk orang kerja, katanya.

 

Meski begitu, menurut Sumarno, 13 stasiun yang ada saat ini harus terintegrasi dengan pemberhentian moda transportasi lain. Sebab, tanpa itu, kontribusi MRT untuk memberikan kenyamanan bertransportasi bagi warga akan kurang berarti.

 

Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta Muhammad Kamaludin mengakui, masih ada sejumlah keluhan dari penumpang, khususnya terkait belum adanya sinyal telekomunikasi di stasiun bawah tanah. Menurut Kamal, hal itu karena pihaknya belum menjalin kerja sama bisnis dengan seluruh operator. Sementara ini baru Telkomsel yang sudah bekerja sama dengan PT MRT Jakarta.

 

Selain itu, Kamal menuturkan, beberapa penumpang masih terlihat bingung dalam meng ikuti petunjuk arah. Namun, ia menilai itu wajar karena warga baru pertama kali memasuki sta siun MRT.

Jalan Masih Panjang

Antara

Pemerintah rancang lembaga integrator transportasi

se-Jabodetabek

Kehadiran transportasi moda raya terpadu (MRT) Jakarta dinilai tidak bisa menjadi solusi tunggal untuk mengatasi kemacetan Ibu Kota.Integrasi MRT dengan moda transportasi lain serta perluasan rute menjadi hal krusial.

 

Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI)Aditya Dwi Laksana mengatakan, MRT akan efektif ketika transportasi umum yang lain terhubung langsung dengan stasiun MRT. Tanpa adanya integrasi, MRT hanya akan berfungsi sebagai transportasi biasa tanpa memberikan dampak signifikan pada penurunan kemacetan.

 

Integrasi yang dimaksud, yakni antara MRT dan transportasi umum yang sudah ada maupun yang akan datang. Moda transportasi tersebut seperti kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek, kereta Bandara Soekarno-Hatta, bus Transja karta, dan LRT yang sedang dalam pem bangunan.

 

Itu hal pertama agar MRT efektif mengurai kemacetan. Bagaimanapun, MRT tidak akan jadi solusi tunggal mengatasi kemacetan tanpa integrasi,kata Aditya kepada Republika, be berapa waktu lalu.

 

Setelah integrasi dipenuhi, kata Aditya, masyarakat pun menanti perluasan rute yang dilayani MRT. Saat ini, pembangunan MRT tahap pertama rute Bundaran HI-Lebak Bulus telah rampung.Namun, rute tersebut hanya satu bagian dari sekian luas perjalanan masyarakat Jakarta. Rute perlu terus dikembangkan hingga ke daerah pinggiran Jakarta atau wilayah suburban.

 

Ketika rute sudah tersambung hingga sampai ke daerah suburban, barulah MRT akan berperan optimal, ujarnya.

 

Pengelola MRT Jakarta juga harus mampu melakukan terobosan untuk meningkatkan daya tarik masyarakat.

Salah satu cara yang bisa dicoba yakni melalui penerapan tarif tunggal MRT dengan moda transportasi lainnya.

 

Menurut Aditya, tantangan untuk mengajak masyarakat bertransportasi umum makin tinggi. Pasalnya, dalam 15 tahun terakhir, penggunaan angkutan umum khusus di jalan raya wilayah DKI Jakarta justru makin ditinggalkan. Dia menyebut masyarakat saat ini cenderung memilih transportasi pribadi. Namun, hal itu tidak didukung dengan peningkatan kapasitas jalan raya dalam periode yang sama. Alhasil, kemacetan pun semakin meningkat.

 

Dia menyampaikan, berdasarkan data Badan Pengelola Transportasi Jabode tabek (BPTJ) dalam kurun waktu 1995 hingga 2000, porsi pengguna transportasi umum di Jakarta mencapai 40 persen dari total perjalanan masyarakat sehari-hari.Namun, dalam kurun waktu 2000 hingga 2015, porsi penggunaan angkutan umum terus berkurang.

 

Paling tinggi share-nya di angka 15 persen. Walaupun, Pak Gubernur (Anies Baswedan) menyatakan saat ini share-nya sebesar 23 persen, kata Aditya.

Pemerintah berencana membentuk badan baru yang berfungsi mengintegrasikan seluruh jenis moda transportasi di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Melihat kondisi tersebut, MTI menilai, perlu ada perubahan besar terutama dalam perbaikan kualitas transportasi publik. Sedangkan pengguna kendaraan pribadi dibuat sesulit mungkin melalui berbagai instrumen. Instrumen yang dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yakni tarif parkir tinggi, pajak kendaraan progresif, jalan berbayar, ganjil-genap, dan larangan masuk kendaraan roda dua.

 

Tentunya percepat penyediaan dan optimalisasi angkutan massal utama yang jadi tulang punggung transportasi publik seperti KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT, katanya.

 

Pemerintah berencana membentuk badan baru yang berfungsi mengintegrasikan seluruh jenis moda transportasi di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Badan ini nantinya akan memperkuat institusi yang sudah ada saat ini, yakni (BPTJ). Badan baru tersebut nantinya akan meng integrasikan pengelolaan angkutan umum.

 

Kelihatannya begitu (ada badan baru), atau badan yang ada (BPTJ) diperkuat. Karena kewenangan BPTJ nggak cukup, kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution seusai menghadiri rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta yang membahas integrasi transportasi Jabodetabek, Selasa (19/3).

 

Integrasi moda transportasi di Jabodetabek diharapkan dapat meng hasilkan kebijakan baru soal penetapan tarif.

 

Misalnya, besaran tarif ditetapkan berdasarkan zonasi. Selama konsumen masih berpindah di dalam zona yang sama, tarif untuk seluruh jenis moda transportasi bisa disamakan. Selain itu, ujar Darmin, penetapan tarif juga bisa berdasarkan waktu.

 

Selama Anda di zona 1, Anda bisa turun pakai lagi tiketnya antara bus, MRT, dan lainnya. Ada juga pakai waktu, sejam pertama Anda bisa pakai ke mana saja tapi setelah itu, Anda beli lagi tiket. Terintegrasi itu penting, katanya.

Putra M Akbar/Republika

Pemprov DKI Jakarta menargetkan porsi penggunaan transportasi umum mencapai 60 persen pada 2029. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Sigit Widjatmoko mengatakan, untuk mewujudkan target itu, bukan hanya integrasi fisik yang dibutuhkan. Namun, juga integrasi manajemen pelayanan dan sistem pembayaran. Untuk itu, Pemprov DKI perlu melakukan penataan dan pembenahan termasuk mendorong operator memiliki manajemen yang modern.

 

Ia mengakui, pengoperasian transportasi umum masih berpusat di tengah kota.

 

Sementara sebaran rute-rute layanan angkutan umum harus meluas hingga menjangkau seluruh wilayah DKI.Sigit menyampaikan, Pemprov DKI akan menyelesaikan rencana induk transportasi Jakarta.

 

Intinya, kita ingin se muanya dalam satu platform agar trans portasi terintegrasi, kata dia.

 

Dia tak memungkiri jumlah armada transportasi massal tersedia di DKI Jakarta masih jauh dari target. Dalam catatannya, untuk terintegrasi dengan wilayah Jabodetabek, DKI Jakarta masih butuh 30 ribu unit bus kecil. Sementara, jumlah bus sedang masih harus diperbanyak lagi sampai 3.000 unit dan bus besar harus ditambah sampai sekitar 2.300 unit. Jumlah itu ditargetkan sampai 2030 nanti.

Rp 16 Triliun

Fase I

(Lebak Bulus-Bundaran HI)

Fase II

(Bundaran HI-Kota Tua)

Target Penyelesaian Fase II: Tahun 2024

Rp 22,5 Triliun